Seringkali saya merasa, waktu berlalu begitu cepat. Entahlah, rasanya usia setelah dua puluh tidak begitu meninggalkan kesan. Saya adalah saya, yang menjalani setiap hari dengan respon otomatis seolah sudah terprogram oleh alam bawah sadar. Saya adalah saya, yang tidak lagi sesak oleh rindu atau bergairah oleh mimpi.
Hari berulang. Dan meskipun tak sama setiap harinya, rasanya membosankan. Peristiwa terjadi silih berganti, tapi rasanya tak pernah mampu benar-benar memberiku pelajaran. Saya terus mengulangi kesalahan yang sama tanpa pernah menyadari bahwa hal itu adalah salah. Dan tak ada pula yang memberi tahu. Saya melangkah, mengira telah berubah bahkan sedikit saja menjadi lebih baik. Tapi pada akhir hari saya menyadari bahwa saya masih saya yang sama.
Tidak merenung, tidak menulis, artinya tidak belajar. Tidak mengingat kilas balik, tidak mengevaluasi diri, artinya lalai. Berbagai peristiwa yang terjadi, berbagai jenis manusia yang kutemui datang untuk memberiku pelajaran. Tapi saya yang naif menolak belajar. Saya merasa cukup dengan diriku yang penuh kekurangan ini.
Rasanya, saya benar-benar perlu untuk berhenti sejenak. Untuk kembali terhubung dengan jiwaku, untuk bersama-sama melihat kembali. Mengulas perjalanan hidup yang sudah dilalui. Untuk bersama-sama membuat komitmen yang sungguh-sungguh untuk menjadi manusia yang lebih baik. Manusia yang bermanfaat, bagi dirinya sendiri dan orang lain.