Cahaya Lampu

Tidak selamanya hidup kita selalu berada di bawah cahaya lampu yang terang. Ada kalanya sinarnya meredup, hingga kita menerka-nerka. Akankah kegelapan yang akan menemani perjalanan hidup kita berikutnya.

Kadang kita terlihat, bahkan sangat terang. Kadang tersembunyi. Kadang kita mampu melihat, dengan sangat jelas. Kadang samar-samar. Dan kita pun tak tahu arah.

Hanya sebuah pengingat bahwa cahaya lampu yang membuat kita terlihat tak bisa kita paksa untuk terus menyinari kita. Lampu itu berputar, menyorot tiap-tiap manusia sesuai masanya. Tapi lampu yang membuat kita mampu melihat bisa kita jaga. Terangnya agar tidak pudar. Agar kita selalu tahu ke mana harus melangkah. Dan kehidupan di mata kita tak lagi tertutup kabut.

Salah

Tidak ada orang yang suka disebut salah atau mudah mengakui bahwa dirinya salah. Lebih mudah bagi kita untuk mencari berbagai pembenaran dan alasan untuk terbebas dari kata tersebut. Padahal, dalam hati kita juga tahu bahwa kita salah dan kita perlu melakukan sesuatu untuk menebus kesalahan tersebut.

Manusia adalah tempatnya khilaf dan lupa. Untuk mengatakan bahwa kita tidak pernah salah atau mungkin jarang salah tentunya adalah ungkapan yang teramat arogan. Kita hidup di dunia berdampingan dengan berbagai manusia lain yang cara pandang dan pendapatnya tentu berbeda dengan kita. Bisa jadi, menurut kita yang kita lakukan adalah hal yang wajar. Tapi mungkin saja hal tersebut merugikan bagi orang lain.

Hal yang harus kita lakukan kemudian adalah merenung. Renungi kesalahan yang telah dikatakan orang tentang apa yang kita lakukan, kemudian memperbaiki diri. Jika kesalahan kita itu menyakiti, maka kita juga perlu minta maaf. Karena hidup adalah tentang belajar dan perlahan berevolusi menjadi versi diri kita yang lebih baik.

Satu teguran sekarang bisa jadi menjadi batu loncatan untuk meningkatkan kualitas diri. Jadikan cambuk, yang bisa saja saat ini melukai. Tapi meninggalkan motivasi yang kuat dalam diri kita untuk menghindari kesalahan yang sama di kemudian hari.