Teka-Teki Rasa

Judul : Teka-Teki Rasa

Penulis : Ahimsa Azaleav

Penerbit : Lampudjalan

Jumlah Halaman : 212

 

“Lagipula, apalah yang menarik dari memikirkan perempuan, pikirku waktu itu. Sebelum aku sadar dan mengaku dalam hati : kamu terlalu menarik untuk tidak dipikirkan.” – Hafiz

Kisah ini dimulai dari SMS Hasna dan Hafiz tentang apa perbedaan virus dengan bakteri. Bagi Hasna, Hafiz itu selalu seperti virus, menyebalkan. Dan bagi Hafiz, Hasna adalah bakterinya. Hasna adalah yang pertama mengatainya menyebalkan secara langsung di hadapannya  ketika yang lainnya hanya bisa mengatakan hal itu di belakangnya. Ya, Hafiz memang menyebalkan bagi kebanyakan siswi di kelas mereka karena sifatnya yang dingin dan tidak peduli dengan perempuan. Tapi itu sebelum Hasna masuk ke dalam kehidupannya dan mencairkan sifat bekunya.

Continue reading

Putih

Aku seperti putih. Tidak ada istimewanya. Ketika aku disandingkan dengan warna lain, pasti warna tersebut yang akan duluan disebut. Yang akan menarik banyak perhatian dan yang akan disebut cantik. Sedangkan aku? Aku di sini sepanjang waktu. Tapi tidak ada yang menyadari.

 

Menulis

Menulis memang selalu punya arti yang sama dengan arti harfiahnya. Menyusun huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf dan seterusnya. Tapi mengarang sebuah cerita ternyata bukan cuma soal menulis.

Seseorang bisa saja lihai menulis dengan diksi segudang dan pemahaman ejaan yang excellent. Tapi mengarang sebuah cerita sungguh bukan hanya tentang itu. Pengalaman hari ini mengajarkanku bahwa ada banyak orang yang bisa menulis, bisa mendeskripsikan, bisa menceritakan tapi tak bisa membawa pembaca hanyut dalam cerita. Continue reading

Kenangan

Terkadang saya berpikir kenapa manusia begitu suka kenangan. Meskipun sebuah momen pasti akan berlalu dan bersisa tiada, manusia selalu berusaha untuk membuat dan menemukan lagi momen-momen itu. Menikmati momennya kemudian mengenangnya, begitu seterusnya.

Tapi kemudian saya sadar, bahwa momen memberikan pelajaran. Bahwa ada yang bisa dipetik dari sebuah kenangan. Bahwa meski pernah menjalani pahit, di hari-hari selanjutnya seseorang dapat menjalani hidup dengan lebih baik.

Dan saya juga sadar, bahwa kenangan membawa kebahagiaan. Ada saat ketika seseorang ingin menghentikan waktu dan tetap berada di sana, merasa bahagia. Momen seperti itulah yang selalu ingin kita kenang. Perasaan bahagia itu yang kita simpan bersama kenangan hingga dapat dipanggil lagi kapan pun kita membutuhkannya.

Path

‘Would I have changed? If I had chosen a different path. If I had stopped and looked back.’

~Path, BTS

I sometimes think what kind of person would I be if I had chosen a different path in the past. Would I be a better person than what I am now? Would I be a happier person than how I feel right now? Or maybe would I be sure that the path is the one I want to walk in? Continue reading