Milea : Suara dari Dilan

Judul : Milea : Suara dari Dilan

Penulis : Pidi Baiq

Penerbit : Pastel Books

Jumlah Halaman : 357

 

‘Intinya, jangan datang ke perempuan untuk membuat dia mau, datanglah ke perempuan untuk membuat dia senang.’

Itu kata Dilan, anak SMA paling populer di Indonesia sejak terbitnya novel ‘Dilan : Dia adalah Dilanku tahun 1990’ dan ‘Dilan : Dia adalah Dilanku tahun 1991’. Di kedua novel sebelumnya, kisah cinta Dilan-Milea diceritakan dari sudut pandang Milea yang membuat mayoritas pembaca perempuan ikutan jatuh cinta dengan Dilan yang anak geng motor tapi selalu bisa punya kelakuan ajaib yang membuat Milea senang.

Dalam buku ‘Milea : Suara dari Dilan’, Dilan mencoba untuk menjelaskan kisah yang masih jadi tanda tanya di benak pembaca sejak selesainya kedua novel Dilan tersebut. Novel ini menceritakan sudut pandang Dilan terhadap kisah yang diceritakan Milea. Berbeda dengan penceritaan Milea yang dengan mudah mengalir dan penuh perasaan, cerita Dilan lebih netral jadi menurut saya sendiri tidak begitu membuat baper.

Menurut saya, Pidi Baiq melakukan pekerjaan yang baik dalam membuat perbedaan antara sudut pandang Milea dan Dilan. Banyak yang bilang bahwa perempuan itu lebih mengutamakan perasaan sedangkan laki-laki lebih mengutamakan logika. Jadi, meskipun Dilan juga mencintai Milea, kisah ini tidak begitu banyak bercerita tentang kegalauan Dilan atas hubungan mereka. Sebaliknya, Dilan lebih banyak bercerita tentang kawan-kawannya dan sikap hidupnya. Seperti salah satu kutipan berikut.

‘Pada dasarnya, aku merasa tidak harus bergantung pada orang lain untuk menangani masalahku sendiri.’

Ya, novel ini lebih banyak bercerita tentang sisi Dilan yang lain. Yang tidak terangkum dalam novel Dilan yang lebih melihat pada sifat-sifat Dilan yang membuat Milea jatuh cinta. Sisi lain Dilan yang menjadi dasar apa-apa yang dilakukannya dan pilihan-pilihan yang dibuatnya dalam kisah yang diceritakan Milea. Intinya, novel ini seperti kesempatan yang diberikan kepada Dilan untuk menjelaskan berbagai hal yang perlu dijelaskan mengenai kisahnya dengan Milea.

Terlepas dari kisah Dilan dan Milea, saya merasa perlu untuk membenarkan sebuah pernyataan yang dikatakan oleh Dilan dalam novel ini. Sebagaimana yang saya kutip berikut.

‘Memang akan begitu, akan selalu menjadi hal penting di dalam perasaan seorang perempuan untuk membantu pacarnya tumbuh menjadi apa-apa yang sesuai dengan harapannya, yang sesuai dengan keinginannya, dan menjauh dari apa-apa yang akan merusak kehidupannya.’

Setiap perempuan pasti punya standar tersendiri tentang bagaimana dirinya dan pasangannya untuk menjalani hidup. Terkadang, perempuan terlalu menunjukkannya sehingga terkesan mengekang dan terlalu mengatur-atur. Sedangkan laki-laki dengan pergaulannya yang sudah dianggapnya nyaman tentu juga ingin  melakukan apa yang ingin dilakukannya. Inilah mungkin salah satu akar dari konflik Dilan-Milea yang pada akhirnya berakhir pada kandasnya hubungan mereka.

Jadi secara keseluruhan, menurut saya ada banyak hal yang bisa dipelajari dari novel ini. Meskipun tidak terlalu banyak bercerita tentang kelakuan Dilan yang dapat meluluhkan hati pembaca seluruh negeri, novel ini tetap recommended bagi para pembaca yang sudah membaca kedua novel Dilan sebelumnya. Karena novel ini akan membuat pembaca dapat melihat kejadian-kejadian yang diceritakan Milea dari sudut pandang Dilan dan juga dapat belajar banyak dari sikap hidup Dilan.

 

Leave a comment