Prolog : Proposal Skripsi

Gerakan tangan terus menari di atas keyboard, sedangkan otak sudah sejak tadi kehilangan radar inspirasinya. Ada chaos yang terjadi ketika ada begitu banyak hal yang hadir tak sesuai dengan ekspektasi. Gejolak emosi, perasaan gundah, dan segumpal kesah. Dan semua itu bersumber dari satu perkara : dosen pembimbing yang tak kunjung memberi kabar.

Terhitung dua hari sudah sejak pertama kali kuhubungi. Dan menghitung tiga hari lagi sebelum deadline pengumpulan proposal. Tepatnya satu hari jika mengabaikan hari libur. Dan masih belum ada kabar yang memastikan bahwa proposal skripsi yang ku ajukan benar-benar layak. Aku tak punya gambaran apa pun, hanya mampu mengenggam angin di tengah belantara kebingungan.

Sejak tadi masih sama. Tak ada pesan Whatsapp, tak ada SMS, apalagi telepon. Dan sejak tadi juga masih sama. Gelisah, gulana, galau. Angan hanya mampu menerka-nerka, sedang apakah gerangan beliau di sana. Apakah proposal skripsiku pernah terlintas barang sejenak di pikirannya? Atau hanya dilihatnya sambil lalu seraya menyesap secangkir kopi.

Aku mengerti dia sibuk. Dan aku juga mengerti dia berhak untuk bersikap seperti ini. Tapi tetap saja aku terus bertanya-tanya dan merasa resah. Sindrome skripsi sepertinya sudah masuk tahap infeksi.

Dear Nathan

Judul : Dear Nathan

Penulis : Erisca Febriani

Penerbit : Best Media

Jumlah Halaman : 520

 

‘Cewek itu takdirnya dikejar, bukan mengejar. Lo sempurnain diri lo sebaik-baiknya. Perawatan sebagai tanda kalau lo sangat menghargai diri lo sendiri sebagai seorang cewek, bukan karena gue.’

Itu bunyi kalimat yang diucapkan Nathan ke Dinda, cewek yang sejak awal Nathan masuk SMA udah ngejar-ngejar Nathan. Dan salah satu kalimat favoritku. Kalau membaca keseluruhan novel, mungkin tidak terhitung banyaknya kata-kata yang ingin saya kutip dari novel ini. Kata-kata yang sebenarnya sudah jadi pengetahuan umum, hanya saja belum banyak yang menyuarakan dengan baik. Continue reading

Perkenalan

Hai, namaku Titi. Lengkapnya Siti Setianingsih. Mahasiswi tingkat akhir. Bukan anak gaul Jakarta tapi suka travelling, punya keterkaitan khusus dengan buku dan pecinta lagu inspiratif. Ngomong-ngomong soal lagu, sejak pertengahan 2016, saya ketemu musisi yang amat luar biasa. Mereka menyebut diri mereka sebagai Bangtan. Lagu-lagunya keren, unik dan menginspirasi. Jadi, ke depannya saya mungkin bakal sering mengulas lagu-lagu luar biasa dari Bangtan dan bagaimana semua itu mengubah pola pikirku dan senantiasa memotivasiku.

Oke, mungkin sekian saja perkenalan singkat ini.Terima kasih sudah berkunjung.